Monday, March 30, 2009
Bagian Dalam Bulan Kemungkinan Kosong
Tahun 1950, tokoh pembela HAM sekaligus peneliti bulan, Dr. Wilkins dari Lembaga Astronomi Kerajaan Inggris, dalam sebuah bukunya “Our Moon”, secara gamblang mengatakan: Bulan adalah sebuah bola yang tengahnya kosong. Dalam halaman ke-13 ditulis: “ada beberapa tanda-tanda yang memberitahu kita, di bawah Bulan ada tempurung setebal 30-50 Km.”
Bersamaan ia juga menganggap: “Pasti tidak ada orang yang bisa membayangkan penduduk bulan tinggal dalam lubang bulan yang ada terowongan yang dibangun dengan cermat, ruangan dalam bulan, adalah sebuah dunia indah yang tak terlukiskan, dalam kegelapan dan kesunyian. Banyak Kristal yang tersebar pada dinding lubang, seperti ranting pohon menjelujur dalam lubang atau berhubung langsung dengan permukaan bulan dan menyambung dengan retakan di permukaan bulan, pemadangan ini akan membuat orang pertama yang menginjak bulan terkejut.”
Sembilan belas tahun kemudian, orang Amerika pertama mendarat di bulan, namun wilayah kegiatannya sangat terbatas, tidak bisa menemukan goa dari dalam yang berhubungan dengan permukaan bulan.
Pada abad ini tahun 80-an, di Amerika ada sebuah buku foto gambar “Petualangan Paling Besar dari Umat Manusia”, berisi kumpulan foto-foto Bulan ketika Apollo 7 – 17 mendarat di bulan. Seorang yang bernama Kono Kaienqi, ketika ia sedang meneliti foto-foto tersebut ia menemukan, foto bulan yang diambil oleh Apollo 8 tidak sama dengan yang lain, Kaienqi kemudian memberi tanda kotak pada tempat yang dicurigai kemudian perbesar. Ada beberapa yang kelihatannya bukan benda alam muncul di gunung merapi bulan, apakah ini cukup membuktikan bahwa bagian dalam bulan adalah kosong?
Sebelum manusia mendarat di bulan, para ilmuwan menduga perbandingan berat jenis batu di bulan dan di bumi adalah lebih kecil. Namun apa yang terjadi sebaliknya. Setelah dianalisa berat jenis batu di bulan adalah 3,2-3,4 gr/mm3 sedang berat jenis batu bumi 2,7-2,8 gr/mm3, dan di bulan semakin ke bawah, berat jenisnya sungguh mengagetkan. Awak pesawat yang pertama kali mendarat di bulan, demi menancapkan benderanya ke dalam tanah, telah bersusah payah, dua orang bergiliran menggali tanah juga hanya bisa menancapkan beberapa mm. Selanjutnya dalam pendaratan beberapa kali, awak pesawat pakai mesin bor juga hanya bisa mengebor 75 mm, jika di bumi dengan mudah orang bisa menancapkannya sedalam 360 mm, bisa dilihat kepadatan bulan yang luar biasa,
Bila diduga menurut fenomena ini, inti bulan seharusnya materi yang membentuk inti bumi, kepadatannya sangat besar. Dengan demikian, kualitas bulan akan jauh lebih besar dari perhitungan sekarang, demikian juga gaya gravitasinya juga jauh lebih besar dari bayangan kita. Namun tidak diduga gaya gravitasi bulan hanya 1/6 bumi, kelihatannya gravitasi di bulan tidak berhubungan dengan kepadatan dan kualitasnya. Apakah kesimpulannya? Ini hanya bisa dijelaskan bahwa bulan adalah bola yang bagian dalamnya adalah kosong.
Tahun 1969 ketika Armstrong dan Aldrin pertama mendarat di bulan, memasang seismograf pasif pada permukaan bulan, selanjutnya dalam pendaratan beberapa kali juga dipasang alat seperti ini. Instrument ini bekerja secara otomatis, bisa mengirimkan data yang diperoleh ke bumi, dengan demikian umat manusia bisa menguasai kondisi gempa bulan. Namun ketika gempa bulan pertama terjadi, para ilmuwan malah saling berpandangan.
Pesawat angkasa Apollo 13 ketika masuk ke orbital bulan, awak pesawat menggunakan remote control agar roket tahap ketiga menabrak bulan, kekuatannya setara dengan 11 ton TNT. Posisinya dipilih pada jarak 140 Km dari tempat peletakan instrument pengukur getaran bulan yang ditempatkan oleh Apollo 12. Namun yang aneh, getaran buatan ini malah berlangsung 3 jam, kedalaman gempa mencapai 35-40 Km, setelah 3 jam 20 menit gempa baru hilang. Para ahli gempa NASA sangat terkejut, tidak bisa menjelaskan dengan iptek, mengapa gempa bulan bisa berlangsung begitu lama.
Para ilmuwan tidak bisa menerima kesimpulan ini, mereka menggunakan bagian roket pendorong ke atas S-4B dari Apollo 14 untuk menabrak bulan, hasilnya juga terjadi gempa buatan selama 3 jam, kedalamannya juga 35-40 km. Belakangan mereka menggunakan lagi roket Apollo 15 untuk menciptakan gempa buatan, getaran gempanya merambat sampai badai laut sejauh 1.100 Km. Bila menggunakan metode yang sama menciptakan gempa buatan di bumi, getaran gempa hanya bisa merambat 100 Km, juga tidak akan terjadi gempa selama 1 jam.
Coba kita buat suatu percobaan kecil. Bila kita menggunakan kekuatan yang sama untuk mengetuk dua bola, yang satu padat satu lagi dalamnya kosong, kita akan rasakan yang padat getarannya cepat berhenti sedang yang kosong getarannya akan merambat di permukaan bola dan akan berulang kali, waktunya juga lebih lama. Apa yang dihadapi oleh para ilmuwan adalah masalah yang sama.
Melalui beberapa kali percobaan gempa buatan di bulan, konstruksi dalam bulan pasti berbeda dengan bumi, bila tidak, tidak akan terjadi gempa yang sejenis. Dari karakter gempa di bulan dapat disimpulkan, sangat mirip dengan gempa pada bola kosong, bila tidak guncangan yang kecil tidak akan mengakibatkan getaran berlangsung beberapa jam. Dalam kenyataan ini, ilmuwan yang paling konservatif pun merasakan walaupun tidak bisa diambil kesimpulan bahwa bagian dalam bulan adalah kosong, namun paling sedikit bisa membuktikan, bagian dalam bulan terdapat beberapa lubang kosong.
Namun beberapa kali percobaan di atas masih belum bisa mengambil suatu kesimpulan, sebab masih ada gelombang transversal, belum bisa menjelaskan masalah secara menyeluruh, dan juga instrument pendeteksi gempa yang diletakan di bulan, jaraknya juga terlalu dekat, oleh sebab itu tidak bisa mendeteksi gelombang longitudinal. Bila bagian dalam bulan memang kosong, gelombang longitudinal tidak akan bisa melewati inti bulan, dan gelombang transversal hanya bisa merambat pada permukaan bulan secara berulang. Para ilmuwan mengharapkan bisa terjadi satu kali benturan meteor yang lebih besar, melalui pendeteksian perbedaan waktu antara gelombang longitudinal dan transversal untuk membuktikan bahwa bagian dalam bulan adalah kosong. Sangat beruntung, kejadian yang sangat jarang ini telah terjadi.
Pada 13 Mei 1972, sebuah meteor yang besar menabrak bulan, kekuatannya setara dengan 2000 ton TNT. Ilmuwan yang mengikuti perencanaan Apollo menamakan meteor ini sebagai “bentuk raksasa”. Gempa bulan yang diakibatkan oleh “bentuk raksasa” ini merambat ke dalam inti bulan, bila bulan memang adalah benda padat, seharusnya getaran seperti ini akan berulang-ulang. Namun kenyataannya membuat para ilmuwan kecewa, getaran yang diakibatkan oleh “bentuk raksasa”setelah merambat ke dalam, ia ibarat kerbau masuk ke dalam lautan, sama sekali tidak ada jejaknya. Kondisi ini terjadi hanya ada satu kemungkinan: gelombang longitudinal setelah masuk ke dalam bulan, “dihanyutkan” oleh ruang kosong yang besar.
Penelitian di atas mengungkapkan, sangat mungkin bulan adalah bola yang bagian dalamnya kosong. Kita sangat mengetahui bahwa menurut aturan pembentukan alam semesta, bintang yang terbentuk secara alamiah tidak mungkin adalah bola kosong, bila tidak tekanan yang besar akan menekannya hingga gepeng. Dr. Carl Sagan dari Cornell University Amerika menganggap, “satelit yang terbentuk secara alami, tidak seharusnya bagian dalamnya kosong”, ini adalah pandangan umum para ilmuwan.
Dibawah 35-40 Km tempurung bulan, terdapat sebuah ruang kosong yang sangat besar. Bila bulan memang bagian dalam kosong, maka semua penjelasan ilmuwan sirna, kita hanya bisa mengakuti hypotesa “Bulan adalah sebuah pesawat antariksa”(Dajiyuan/lim)
Sumber : http://www.indocina.net/viewtopic.php?f=2&t=36743
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment