1. Mitos : Gigi atas yang sakit jika dicabut akan mempengaruhi syaraf mata. Bahkan dapat menyebabkan kebutaan.
Fakta : Syaraf yang
mempersyarafi gigi geligi atas berbeda dengan syaraf mata. Bila
seseorang sakit gigi karena karies (lubang gigi) pada gigi atas,
penjalaran infeksinya memang dapat mencapai pipi hingga mata. Namun
pencabutan gigi atas tidak akan menyebabkan kebutaan.
2. Mitos : Sakit gigi dapat disembuhkan cukup dengan minum obat penghilang rasa sakit (analgesik).
Fakta : Obat “pain killer”
hanya membantu untuk menghilangkan rasa sakit sementara, namun infeksi
bakteri pada gigi tetap ada dan suatu waktu rasa sakit akan timbul
lagi. Maka jika terjadi karies, gigi tersebut harus dirawat. Bila
karies belum mencapai jaringan syaraf, gigi masih bisa ditambal. Namun
bila jaringan syaraf sudah terekspos, maka gigi sudah tidak bisa
langsung ditambal tapi harus dilakukan perawatan saluran akar terlebih
dulu.
3. Mitos : Gigi tidak perlu dicabut dan boleh dibiarkan saja bila yang
tersisa tinggal akarnya saja. Toh, sudah tidak ada keluhan yang
dirasakan.
Fakta : Bila gigi
berlubang dibiarkan dan tidak dirawat, lama kelamaan gigi tersebut
dapat patah sedikit demi sedikit karena adanya tekanan kunyah. Pada
akhirnya, mahkota gigi habis dan yang tersisa tinggal akarnya saja.
Biasanya pada gigi tersebut sudah tidak ada keluhan lagi. Namun bukan
berati masalah sudah selesai. Akar gigi yang terekspos dengan
lingkungan gigi tetap dapat menjadi sumber infeksi. oleh karena itu,
biarpun sudah tidak terasa sakit gigi tersebut tetap harus dicabut dan
dibuatkan gigi tiruan penggantinya.
4. Mitos : Anak yang punya kebiasaan menghisap jari giginya bisa maju atau tonggos.
Fakta : Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kebiasaan thumb sucking pada
anak dapat menyebabkan gigi depannya tonggos, tapi bergantung pada
beberapa hal. Misalnya, sampai berapa lama anak tersebut terbiasa
menghisap jari. Seberapa sering ia menghisap jari dalam sehari dan
besarnya tekanan hisap si anak juga dapat mempengaruhi derajat
keparahan. Kebiasaan menghisap jari yang bertahan antara 36 dan 48
bulan dapat meningkatkan resiko majunya gigi depan secara signifikan.
5. Mitos : Bila seseorang sakit gigi lebih baik dicabut daripada ditambal, karena setelah ditambal pun masih bisa sakit lagi.
Fakta : Pencabutan
gigi adalah alternatif terakhir, bila perawatan lain sudah tidak
mungkin dilakukan. Gigi sebisa mungkin dipertahankan dalam mulut,
karena kehilangan satu gigi saja sudah dapat mengurangi efektivitas
dalam pengunyahan. Gigi yang hilang sebaiknya diganti dengan gigi
tiruan, namun sebaik apapun gigi tiruan masih lebih baik gigi aslinya. Saat ini ilmu dan teknologi
di bidang kedokteran gigi telah berkembang pesat. Material kedokteran
gigi terus menerus diperbaiki, sehingga hasil tambalan yang baik dan
tahan lama dapat dicapai.
6. Mitos : Bau mulut disebabkan karena adanya masalah di pencernaan.
Fakta : Banyak
penelitian yang menyebutkan bahwa 85 % bau mulut berasal dari gigi dan
mulut. Bau mulut yang disebabkan oleh perut sangat jarang terjadi. Bau
mulut disebabkan oleh bakteri yang bersarang di dalam mulut, bisa
berada di gusi yang meradang, gigi yang berlubang, karang gigi,
tambalan yang bocor, dan terutama di bagian belakang lidah. Bakteri
yang berkembang dalam lingkungan tanpa oksigen ini memproduksi gas
berbau yang disebut ‘volatile sulfur compound’. Inilah yang menyebabkan
bau mulut.
7. Mitos : Obat kumur dapat menghilangkan bau mulut.
Fakta : Menurut suatu penelitian yang menguji keefektifan obat kumur yang mengandung essential oil, jumlah bakteri berkurang secara bermakna 12 jam setelah penggunaan. Namun obat kumur hanya efektif dalam jangka waktu yang pendek. Malahan, pemilihan obat kumur harus
dilakukan secara hati-hati, karena obat kumur berbahan dasar alkohol
justru dapat memperberat bau mulut bila digunakan secara berlebihan,
karena kandungan alkohol dapat membuat mulut menjadi kering. Untuk
menghilangkan, atau setidaknya mengurangi bau
mulut, pembersihan gigi tidak difokuskan ke permukaan gigi saja
melainkan ke seluruh permukaan yang ada di dalam rongga mulut. Terutama
jaringan lunak seperti lidah dan gusi.
8. Mitos : Pencabutan gigi tidak boleh dilakukan pada saat wanita sedang menstruasi.
Fakta : Perubahan
hormonal yang dialami wanita turut mempengaruhi keadaan di rongga
mulutnya. Saat menstruasi, terjadi perubahan hormonal yaitu peningkatan
kadar estrogen dan progesteron yang dapat menyebabkan gusi lebih rentan
terhadap peradangan. Meski demikian, pencabutan tetap dapat dilakukan
pada saat wanita sedang menstruasi. Untuk
menghindari resiko, pencabutan sebaiknya ditunda hingga minggu terakhir
siklus menstruasi (hari ke 22-28) di mana kadar estrogen sedang rendah.
9. Mitos : Bila gigi anak berlubang tidak perlu ditambal karena nanti juga akan digantikan oleh gigi tetap/permanen.
Fakta : Gigi anak
yang berlubang tetap harus ditambal, karena gigi yang berlubang dan
tidak dirawat dapat menyebabkan infeksi menjalar ke jaringan pendukung
gigi. Hal ini akan mempengaruhi gigi permanennya yang sedang dalam
tahap tumbuh kembang. Selain itu adanya karies pada gigi anak dapat
menyebabkan anak berkurang nafsu makan dan cenderung rewel.
10. Mitos : Sariawan disebabkan oleh kekurangan vitamin C.
Fakta : Sariawan dalam dunia medis disebut dengan aphtous stomatitis. Penyebab dari
penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun ada banyak faktor yang
diyakini berkaitan dalam memicu terjadinya sariawan. Di antaranya
adalah menurunnya sistem imun (kekebalan tubuh), stress, trauma pada
jaringan lunak dalam rongga mulut (seperti tergigit yang
berulang-ulang) , kurang nutrisi, atau disebabkan karena obat-obatan
tertentu.
Source : email
Friday, February 27, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment