Monday, March 30, 2009

Kisah Seorang Penjual Tempe

Ada seorang hamba Tuhan asal Surabaya, yang
menceritakan kesaksian seorang ibu penjual tempe.

Peristiwanya terjadi di sebuah desa di Jawa Tengah.
Adalah seorang ibu setengah baya yang sehari-harinya
berjualan tempe buatan sendiri di desanya.


Pada suatu hari, seperti biasanya, pada saat ia akan
pergi ke pasar untuk menjual tempenya, ternyata pagi itu,

tempe yang terbuat dari kacang kedele masih belum
jadi tempe alias masih
setengah jadi. Ibu ini sangat sedih hatinya, sebab jika tempe tersebut
tidak jadi berarti ia tidak akan mendapatkan uang karena tempe yang belum
jadi tentunya tidak laku dijual.

Padahal mata pencaharian si ibu hanyalah dari menjual tempe saja
agar ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Dalam suasana hatinya yang sedih, si ibu yang memang aktif
beribadah di gerejanya teringat akan firman Tuhan yang menyatakan bahwa
Tuhan dapat melakukan perkara-perkara ajaib, bahwa bagi Tuhan tiada yang
mustahil.

Lalu ia pun menumpangkan tangannya di atas tumpukan beberapa
batangan kedele yang masih dibungkus dengan daun pisang tersebut.
"Bapak di Surga, aku mohon kepadaMu agar kedele ini
menjadi tempe. "Dalam nama Yesus, Amin". Demikian doa singkat si
Ibu yang dipanjatkannya dengan sepenuh hati. Ia yakin dan
percaya pasti Tuhan menjawab doanya. Lalu, dengan
tenang ia
menekan-nekan bungkusan bakal tempe tersebut dengan ujung jarinya.
Dengan hati yang deg-deg-an ia mulai membuka sedikit
bungkusannya untuk melihat mukjijat kedele jadi tempe terjadi. Namun apa
yang terjadi?
Dengan kaget dia mendapati bahwa kedele tersebut
masih tetap kedele! Si Ibu tidak kecewa. Ia berpikir bahwa mungkin doanya
kurang jelas didengar Tuhan. Lalu kembali ia menumpangkan tangan d i atas
batangan kedele
tersebut. "Bapa di surga, aku tahu bahwa bagiMu
tiada yang mustahil.
Tolonglah aku supaya hari ini aku bisa berdagang
tempe karena itulah mata pencaharianku. Aku
mohon dalam nama Yesus jadilah ini menjadi tempe.
Dalam nama Yesus, Amin." Dengan iman iapun kembali membuka sedikit
bungkusan tersebut.
Lalu apa yang terjadi? Dengan kaget ia melihat bahwa kacang
kedele tersebut ???......... ........masih tetap begitu !

Sementara hari semakin siang dimana
pasar tentunya
akan semakin ramai.
Si ibu dengan tidak merasa kecewa atas doanya yang
belum terkabul, merasa bahwa bagaimanapun sebagai langkah iman ia akan
tetap pergi ke pasar membawa
keranjang berisi barang dagangannya itu. Ia berpikir
mungkin mujijat Tuhan akan terjadi d i tengah perjalanan ia pergi ke
pasar. Lalu iapun bersiap-siap untuk berangkat ke pasar. Semua
keperluannya untuk berjualan tempe seperti biasanya sudah disiapkannya.
Sebelum beranjak dari rumahnya, ia sempatkan untuk menumpangkan tangan
sekali lagi. "Bapa
di surga, aku percaya Engkau akan mengabulkan doaku.
Sementara aku berjalan menuju pasar, Engkau akan mengadakan
mukjijat buatku. Dalam nama Yesus, Amin." Lalu ia pun berangkat. Di
sepanjang perjalanan ia tidak lupa menyanyikan beberapa lagu puji-pujian.
Tidak lama kemudian sampailah ia di pasar. Dan seperti biasanya ia
mengambil tempat untuk menggelar
barang dagangannya. Ia yakin bahwa
tempenya sekarang pasti sudah jadi. Lalu iapun membuka keranjangnya dan
pelan-pelan menekan-nekan dengan jarinya bungkusan tiap bungkusan yang
ada. Perlahan
ia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat
isinya. Apa yang terjadi? Ternyata
saudara-saudara. ......... .......tempenya benar
benar....... ......... .....belum jadi !
Si Ibu menelan ludahnya. Ia tarik napas dalam-dalam.
Ia mulai kecewa pada Tuhan karena doanya tidak dikabulkan. Ia merasa
Tuhan tidak adil. Tuhan tidak kasihan kepadanya. Ia hidup hanya
mengandalkan hasil menjual tempe saja.
Selanjutnya, ia hanya duduk saja tanpa menggelar
dagangannya karena ia tahu bahwa mana ada orang mau membeli tempe yang
masih setengah jadi.
Sementara hari semakin siang dan pasar sudah mulai
sengan pembeli.
Ia melihat dagangan teman-temannya sesama penjual
tempe yang tempenya sudah hampir habis.
Rata-rata tinggal sedikit lagi
tersisa. Si ibu te rtunduk lesuh. Ia seperti tidak sanggup menghadapi
kenyataan hidupnya hari itu. Ia hanya bisa termenung dengan rasa kecewa
yang dalam. Yang ia
tahu bahwa hari itu ia tidak akan mengantongi uang sepeserpun.
Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sapaan seorang wanita. "Bu?..! Maaf ya,
saya mau tanya. Apakah ibu menjual tempe yang belum
jadi? Soalnya dari tadi saya sudah keliling pasar mencarinya." Seketika
si ibu tadi terperangah. Ia kaget. Sebelum ia
menjawab sapaan wanita di depannya itu, dalam hati cepat-cepat ia berdoa
"Tuhan?.saat ini aku tidak butuh tempe lagi. Aku
tidak butuh lagi.
Biarlah daganganku ini tetap seperti semula. Dalam
nama Yesus, dalam namaYesus, Amin." Tapi kemudian, ia tidak berani
menjawab wanita itu.
Ia berpikir jangan-jangan selagi ia duduk-duduk termenung tadi, tempenya
sudah jadi. Jadi ia sendiri saat itu dalam
posisi
ragu-ragu untuk menjawab ya kepada wanita itu. "Bagaimana nih?" ia
pikir.
"Kalau aku katakan iya, jangan-jangan tempenya sudah jadi.
Siapa tahu tadi sudah terjadi mukjijat Tuhan?" Ia kembali berdoa dalam
hatinya, "Ya Tuhan, biarlah tempeku ini tidak usah jadi tempe lagi.
Sudah
ada orang yang kelihatannya mau beli. Tuhan, tolonglah aku kali ini. Tuhan
dengarkanlah doaku ini.." ujarnya berkali-kali. Lalu, sebelum ia
menjawab
wanita itu, ia pun membuka sedikit daun penutupnya.
Lalu ? apa yang dilihatnya Saudara-Saudara ??? Ternyata ?? ternyata ?
memang benar tempenya belum jadi ! Ia bersorak senang dalam hatinya. Puji
Tuhan..Puji Tuhan, ka tanya. Singkat cerita wanita tersebut memborong semua
dagangan si Ibu itu.
Sebelum wanita itu pergi, ia penasaran kenapa ada orang yang mau beli
tempe yang belum jadi. Ia bertanya kepada si wanita.
Dan wanita itu mengatakan bahwa anaknya di
Yogya mau tempe yang berasal
dari desa itu.
Berhubung tempenya akan dikirim ke Yogya jadi ia harus membeli tempe yang
belum jadi, supaya agar setibanya di sana tempenya sudah jadi.
Kalau tempe yang sudah jadi yang dikirim maka setibanya di sana nanti
tempe tersebut sudah tidak bagus lagi dan rasanya sudah tidak enak.
Apa yang bisa kita simpulkan dari kesaksian sederhana?

Pertama : Kita sering memaksakan kehendak kita
kepada Tuhan pada waktu kita berdoa padahal sebenarnya

Tuhan lebih mengetahui apa yang kita perlukan.

Kedua : Tuhan menolong kita dengan caraNya yang sama
sekali di luar perkiraan kita sebelumnya.

Ketiga : Tiada yang mustahil bagi Tuhan

Keempat : Percayalah bahwa Tuhan
akan menjawab doa kita sesuai dengan rancanganNya.


Sumber : email

0 comments:

Post a Comment