Monday, March 30, 2009

Menghadapi Anak yang Banyak Tanya

SEBAGAI orang tua, kita tentu sering menghadapi pertanyaan kritis dari si buah hati yang menuntut jawaban. Jika jawaban yang diberikan kurang memuaskan, maka anak tersebut akan terus bertanya sampai ia benar-benar mengerti. Kendati sering dianggap sepele, hal tersebut ternyata harus diwaspadai. Karena, jika orang tua salah menjawab, bisa berakibat fatal sampai anak dewasa loh.

Psikolog anak dan remaja dari Putik Pschology Center Balikpapan Elia Wardani, M. Psi menjelaskan, usia balita merupakan usia keemasan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga tidak mengherankan, jika si kecil yang semula hanya bisa makan dan tidur, kini menjadi aktif dan mulai kritis bertanya tentang apa saja yang ia lihat.

“Range umur usia balita ini ibarat sebuah spons yang menyerap air, dimana otak si anak mulai menyerap segala hal dengan bertanya. Sehingga tingkat kreatifitas dan keaktifan berfikir anak semakin meningkat karena proses belajar dan keingintahuannya tersebut,” terang wanita yang akrab disapa Elia ini.

Bagaimana cara menyikapi dan menjawab pertanyaan yang diajukan sang buah hati secara efektif? Elia menyarankan agar memberikan jawaban yang sesuai dengan tingkatan usia anak. Tujuannya, selain mudah dimengerti, bobot jawaban tersebut juga harus yang ringan dan tidak membingungkan.

“Jangan memberikan jawaban yang punya standar ganda sehingga akhirnya bisa membingungkan si anak. Anak sekarang kritis, jadi orang tua juga harus pintar,” ujar Elia.

Sementara untuk pertanyaan mengenai seks, Elia menyarankan anak diberi pengarahan sesuai dengan usianya. “Tidak usah pakai teori muluk-muluk seperti pertemuan sel telur dan sperma yang sulit dibayangkan anak usia 6 tahun,” tambah ibu dua anak ini.
Berikan saja jawaban bahwa orang yang sudah menikah, seperti papa dan mama, boleh memiliki anak. Namun bagi yang belum menikah, tidak boleh. “Bisa juga memasukkan unsur moral dan agama, antara yang boleh dan tidak boleh dilakukan jika seseorang tidak terikat tali perkawinan atau sebaliknya,” imbuhnya.

Cara membesarkan dan mendidik anak kata Elia, juga sangat mempengaruhi perkembangan mental sang buah hati. Untuk mewujudkannya dibutuhkan ketekunan dan kemauan yang keras dari orang tua masing-masing anak.

Elia memaparkan, ada bebrapa kiat-kiat yang harus diperhatikan agar menjadi orang tua yang efektif. Kiat pertama adalah orang tua harus mengenali karakter si anak.

“Setiap anak itu unik dan berbeda satu sama lain. Sebagai orangtua, kita harus mengenali karakter anak, apakah dia pemalu atau periang. Perlakukan anak sesuai karakternya, jangan paksa anak untuk menjalani karakter lain, apalagi membanding-bandingkannya,” ucapnya.

Kiat kedua, pahami perasaan anak. Misalnya, dengan berempati pada anak. Saat dia ada masalah ajaklah berdiskusi sebagai teman curhat yang dapat memberi solusi, bukannya mengintimidasi.

Kiat selanjutnya adalah dengan menghargai perilaku baik anak. Terapkan positive parenting. Saat anak berperilaku baik, hargai dan pujilah sebanyak-banyaknya, namun saat anak berbuat kesalahan, hukumlah sesedikit mungkin.

“Kenali dan beri pujian terhadap semua hal baik yang dilakukannya, jangan tunggu sampai anak melakukan hal khusus. Pokoknya jangan pelit memberi pujian langsung,” tandas Elia.(dha)

Sumber : http://www.indocina.net/viewtopic.php?f=53&t=36772

0 comments:

Post a Comment