Tuesday, March 10, 2009

Waspada!!!! Penyebab Rasa Manis Makanan&Minuman Kita

Waspada!!!! Penyebab Rasa Manis Makanan&Minuman Kita

Dalam kehidupan kuliner sehari-hari, kita mengenal aneka rasa yang tidak asing di lidah dan sudah pasti kita suka. Tapi dari sekian rasa, rasa yang paling disuka oleh penikmat minuman dan makanan, terutama dari kalangan anak-anak adalah rasa manis. Dari manakah rasa manis tersebut berasal?

Rasa manis yang ada di makanan dan minuman yang kita konsumsi, harusnya disebabkan oleh penggunaan gula, baik gula pasir yang terbuat dari sari pati pohon atau batang tebu, maupun gula aren yang terbuat dari sari pati buah aren. Di wilayah Jawa Barat, sebagian masyarakatnya memanggil gula aren sebagai gula Jawa atau gula merah meskipun warnanya coklat bukan merah. Berbeda dengan gula pasir yang warnanya rata-rata putih.

Apakah semua makanan dan minuman yang memiliki rasa manis disebabkan oleh pemakaian atau terbuat dari gula? Kalau makanan maupun minuman yang kita racik sendiri di rumah, bisa jadi pemanisnya berasal dari gula, meskipun harga gula lumayan mahal. Karena kita menginginkan yang terbaik, sehat dan aman bagi seluruh anggota keluarga kita. Bagaimana dengan makanan atau minuman, yang dijual dengan harga yang sangat murah seperti permin, makanan kemasan ataupun minuman energi (ED) yang setiap bungkusnya atau sachetnya hanya dijual Rp 1000? Apakah rasa manisnya disebabkan oleh gula?

Berdasarkan hasil kajian saya dengan melihat ingridient atau kandungan zat yang tertera di setiap bungkus makanan maupun minuman, ternyata...rasa manis makanan ataupun minuman itu bukan berasal dari penggunaan gula. Melainkan pemanis buatan. Ada dua alasan mengapa para produsen menggunakan pemanis buatan. Yang pertama ekonomis. Jika menggunakan gula, sudah pasti produsen makanan dan minuman tersebut rugi karena harga gula jauh lebih mahal dibandingkan pemanis buatan. Alasan kedua, untuk kesehatan. Sebagian konsumen terutama masyarakat yang sudah memiliki berat badan yang berlebih serta menderita penyakit diabetes, konsumen berusaha mencari pemanis yang tidak menghasilkan kalori agar mereka tetap dapat menikmati rasa manis tanpa takut menjadi gemuk atau menimbulkan respon glikemik (peningkatan kadar gula darah).

Saat ini kita mengenal beragam pemanis buatan. Di Indonesia ada 13 jenis pemanis buatan yang diizinkan penggunaannya dalam produk-produk pangan, diantaranya adalah aspartame, acesulfame-K, alitam, neotam, siklamat, sakarin, sukralosa, dan isomalt serta lima lagi yang termasuk ke dalam kelompok poliol, yaitu xilitol, maltitol, manitol, sorbitol, dan laktitol. Pemanis buatan atau sintetis tersebut ada yang aman dikonsumsi dengan kadar tertentu ada juga yang berbahaya bagi kesehatan.
Berikut ini saya mencoba untuk menyusun informasi tentang pemanis buatan, sehingga kita dapat aman dan tenang dalam mengkonsumi makanan, minuman serta obat-obatan yang dikemasannya tertera mengandung pemanis buatan. Sebaliknya bila Anda mau mengkonsumi minuman atau makanan yang jelas-jelas rasanya manis tapi di dalam kemasannya tidak disebutkan mengandung gula atau pemanis buatan, berarti produsennya telah melakukan kebohongan publik. Dia menutupi zat-zat apa yang digunakan dalam memproduksi makanan dan minuman tersebut. Makanan dan minuman ini jangan dikonsumsi.

Suatu senyawa untuk dapat digunakan sebagai pemanis, kecuali berasa manis harus memenuhi beberapa kriteria tertentu, seperti (1) larut dan stabil pada kisaran pH yang luas, (2) stabil pada kisaran suhu yang luas, (3) mempunyai rasa manis dan tidak mempunyai side atau aftertaste dan (4) murah, setidaknya tidak melebihi harga gula (sukrosa).
Pemanis buatan yang banyak digunakan saat ini termasuk di Indonesia adalah :
1. Aspartame
Aspartame, pemanis nonkalori yang memiliki tingkat kemanisan 200x kemanisan gula sehingga penggunaannya sedikit sekali, tidak sampai 1% dari gula biasa. Aspartame terdiri dari dua asam amino yaitu asam aspartik dan fenil alanin. Asam amino adalah gugus pembentuk protein. Keduanya adalah asam amino esensial, yaitu zat yang selalu dibutuhkan oleh tubuh karena tidak dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh. Asam aspartik dan fenil alanin juga terdapat pada makanan yang sering kita makan sehari-hari seperti daging sapi, ayam, ikan, telur, gandum, kacang-kacangan, susu, keju, dan lain-lain.

Apakah Fenil alanin itu?
Fenil alanin merupakan salah satu dari delapan asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan, regenerasi, dan fungsi faal tubuh. Fenil alanin tidak menumpuk di tubuh karena proses penyerapannya melalui metabolisme tubuh secara normal seperti proses penyerapan makanan lainnya yang mengandung fenil alanin. Mengkonsumsi makanan yang mengandung fenil alanin tidak berbahaya apabila tubuh tidak menderita Phenyl Ketonuria (PKU).

Apakah PKU itu?
PKU (Phenyl Ketonuria) yaitu penyakit kelainan metabolisme tubuh yang disebabkan karena tubuh kekurangan suatu enzim yang diperlukan untuk mencerna fenil alanin sehingga terjadi penumpukan fenil alanin menjadi Tirosin pada jaringan syaraf.
PKU adalah penyakit keturunan yang sangat jarang, yang kemungkinannya 1 berbanding 15.000 orang. Penderita PKU tidak dapat makan makanan orang normal, mereka harus melakukan diet ketat makanan rendah protein dan dibantu dengan formula khusus makanan berbentuk cair. Penderita PKU mengalami gejala kerusakan otak, kemunduran mental, hilangnya pigmentasi pada kulit, rambut dn mata.

Aspartame telah digunakan sejak tahun 1965 dan telah melalui riset intensif selama 40 tahun dari banyak badan pengawas kesehatan di dunia. Badan kesehatan dunia dari PBB World Health Organization menyatakan bahan aspartame aman dan tidak menyebabkan tumor otak.

Aspartame di import dari China dan dapat dibeli di toko kimia Distributor/suplier aspartame di Jakarta adalah PT Sinarhecta Kimiatama, PT Glory Katri Putra, PT Mega IntiKimia, PT Trimitra Mandiri Kemindo.

Aspartame pertama kali diijinkan penggunaannya sebagai bahan tambahan pada makanan sejak tahun 1979 dan telah digunakan di lebih dari 130 negara. Keamanan dari Aspartame telah dievaluasi oleh berbagai lembaga seperti The Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JEFCA), Science Committee for Food (SCF) dari Uni Eropa, US FDA, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang.

Dalam penggunaan Aspartame sebagai bahan tambahan pangan, maka harus diperhatikan nilai ADI (Acceptable Daily Intake). ADI merupakan konsep yang telah ditetapkan oleh FDA dan JEFCA untuk melindungi konsumen dari kemungkinan keracunan akibat mengkonsumsi suatu senyawa secara berlebihan.

Nilai ADI dari aspartame adalah sebesar 20 mg/kg berat badan manusia. Angka ini setara dengan 2000 mg per hari untuk manusia yang berat badannya 50 kg. Aspartame umumnya beredar di pasaran dalam dosis 37 mg per sachet yang manisnya setara dengan 2 sendok teh gula pasir. Maka, untuk mencapai nilai ADI bagi seseorang dengan berat badan 50 kg, jumlah sachet yang dikonsumsi adalah 54 sachet dalam 1 hari. Angka ini terlalu tinggi dan tidak mungkin dilakukan karena umumnya orang minum teh atau kopi maksimal 3 – 5 x per hari.

Sekarang dapat kita katakan bahwa setiap makanan dan minuman termasuk minuman energi yang mengandung Aspartame adalah aman dikonsumsi asalkan tidak melebihi dosis yang telah ditentukan. Makanya, jika kita hendak mengkonsumsi suatu makanan ataupun minuman, termasuk minuman energi penting untuk dilihat atau dibaca terlebuh dahulu : Kandungan (ingridien), komposisi dan aturan pakai serta masa kadaluarsa. Bila tidak.....kita sama saja membahayakan tubuh dan nyawa kita. Yang pasti jangan sembarangan mencampur beragam minuman yang kita tidak tahu efek sampingnya. Banyak kasus mencampur minuman sembarangan hasilnya adalah si konsumen segera menuju alam baka. Waspadalah!!!!!!!!!
(sumber :http://www.republika.co.id/koran)

0 comments:

Post a Comment