Para ilmuwan Amerika memberikan penjelasan bagaimana gunung es pecah di Antartika dan Greenland, penemuan ini dapat membantu memprediksi ketinggian air laut yang diakibatkan iklim yang kian hangat (pemanasan global).
Dalam artikel yang diterbitkan jurnal Science, mereka mengatakan gunung es terbentuk dengan cepat saat lapisan induk es menyebar cepat di atas permukaan laut.
“Hal ini tidak dapat memecahkan permasalahan Titanic, akan tetapi mendapat perolehan baru, yakni sebuah dalil sederhana yang dapat membantu ilmuwan memperbaiki model iklim mereka dan memprediksikan pecahnya lapisan, kata mereka dalam pernyataan itu. Kapal Titanic tenggelam setelah menabrak gunung es pada 1912 dan menyebabkan 1500 orang meninggal.
Pecahan es Antartika dan Greenland yang jatuh ke laut dapat menjadi kontributor utama peningkatan ketinggian air laut global pada masa yang akan datang. Apabila seluruh es di Greenland dan Antartika mencair, ketinggian air laut akan naik lebih dari 60 meter.
Dasar pembentukan gunung es tersebut setidaknya terkait dengan faktor-faktor seperti ketebalan lapisan es, lebar aliran es, jarak dari daratan atau ombak, jelas para ilmuwan.
Lapisan es merupakan sungai raksasa yang beku, dikarenakan salju turun, yang secara perlahan-lahan mengalir ke laut dan kemudian akhirnya terjadi patahan.
Di Antartika, lempengan es Ross meluas hingga 500 mil lebih di atas permukaan laut sebelum tepinya terputus dan membentuk gunung es. Sedangkan banyak lempengan es lainnya hanya meluas sekitar satu atau dua mil saja.
Model di komputer yang memprediksikan bagaimana perilaku lempengan es tersebut pada saat iklim menghangat, secara umum menerangkan bagaimana persisnya gunung es itu retak, karena para ilmuwan gagal memahami mekanismenya, hal ini dikenal sebagai calving.
“Variable (faktor tidak tetap) pentingnya (penghitungan bagian terbesar ketika gunung es itu patah) pada calving gunung es adalah memperhitungkan lempengan es mana yang menyebar,” kata penelitian itu.
Penyebaran cepat berarti terbentuk retakan di seluruh lempeng dan membuatnya pecah. Penyebaran lamban berarti retakan dalam tidak cepat terbentuk dan lempengan es itu masih melekat utuh.
“Permasalahan retakan ini benar-benar suatu problem yang sulit karena terdapat begitu banyak variabilitasnya,” kata ketua tim Richard Alley dari Pennsylvania State University.
“Siapa saja yang pernah menjatuhkan secangkir kopi mengetahui hal ini. Kadangkala cangkir kopi tersebut pecah dan kadang hanya terpental saja,” jelasnya atas pemahaman retak (cracking).
Sumber : Forum
Wednesday, January 21, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment