Tanpa kita sadari terkadang kita sering kedapatan orang lain sedang berbicara pada diri sendiri. Kadang kita merasa malu, minder, bahkan tak jarang berpikir bahwa orang lain menganggap kita gila. Tapi jangan takut, hobi ini bukan hanya milik Anda saja. Self-talk atau monolog terjadi pada semua orang, dari anak kecil hingga dewasa.
Menurut seorang psikolog bernama Toge Aprilianto, self-talk atau monolog terkadang malah bisa jadi hal yang paling dominan dalam diri seseorang. "Semua perilaku kita sebenarnya merupakan hasil dari self-talk yang sudah dilatih, terus diulang, dan akhirnya menjadi shortcut ketika kita bertindak," jelasnya.
Toge mengungkapkan, self-talk itu berasal dari pengalaman kita sendiri, baik pengalaman pribadi atau melihat pengalaman orang lain. Lama-kelamaan kita mulai mengaplikasikannya dalam hidup kita dan jadi suatu hobi. Lantas apa sih kegunaan self-talk? Jawabannya banyak, di antaranya:
1. Penyaluran Emosi
Saat merasa kesal dengan sahabat, terkadang sadar atau tidak di dalam diri kita terjadi percakapan. Apa kita mau marah atau tidak. Jika marah mau seperti apa. Dan jika tidak, apa alasannya. Saat kita memutuskan untuk tidak, kadang kita masih merasa kesal. Di sinilah dibutuhkan self-talk. Jangan segan untuk menggerutu, asal tidak berlebihan. Hanya saja, berhati-hatilah jangan sampai justru komunikasi monolog kita jadi membuat kita makin jengkel. Untuk lebih baiknya, Anda bisa menggunakan kalimat, "Dia sangat menjengkelkan hari ini, tapi bukan berarti hari ini akan jadi buruk gara-gara masalah ini."
2. Alat Bantu Untuk Mengambil Keputusan
Saat dihadapkan dengan dua pilihan menyenangkan, self-talk jadi penolong yang berperan penting. Misalnya saja kala kita bingung baju mana yang akan kita beli atau film mana yang harus kita tonton di bioskop, self-talk bisa dimanfaatkan alat penimbang sebelum Anda mencapai keputusan akhir.
3. Mengenal dan Menerima Diri Sendiri
Self-talk atau monolog yang kita lakukan membuat kita lebih akrab dengan diri sendiri. Dengan seringnya bercakap-cakap sendiri, sifat-sifat kita akan keluar. Tinggal bagaimana kita membawanya. Saat menjadi egois, berusahalah bermonolog dengan menjadi orang lain. Rasakan menjadi korban. Kemudian bawalah peran itu menjadi peran positif.
4. Berinteraksi Dengan Orang Lain
Atas dasar keinginan dan kebutuhan, kita memutuskan berinteraksi dengan orang lain. Monolog kita adalah kita menimbang kebutuhan sendiri, mengira-ngira apa orang lain bisa memenuhi kebutuhan kita, menimbang segala resiko yang bakal terjadi, baru kita memutuskan untuk mengambil tindakan. Apa bentuk relasi yang terjadi semua kembali ke self-talk kita lagi.
5. Mengembangkan Diri
Banyak kata-kata mutiara yang biasanya kita jadikan acuan sebagai self-talk kita. Misalnya saja, "Kebiasaan menyalahkan orang lain membuat kita tidak bisa melihat kesalahan diri sendiri diri sendiri." Kalimat ini membuat kita berpikir dalam hati dan akhirnya berubah menjadi sebuah monolog dengan diri sendiri yang akan membawa pencerahan dan membuat kita lebih berkembang. Sama seperti fungsi penyalur emosi atau pengatur amarah, kunci self-talk pengembangan diri adalah kalimat-kalimat yang bernada positif.
Toge juga menambahkan, langkah awal kita mengatur self-talk adalah dengan rajin menabung hikmah atau membuat bank data berdasarkan pengalaman hidup yang kita miliki. Setelah semua data terkumpul, cobalah dianalisa, dan bicarakan dengan diri sendiri - bahkan sebelum memutuskan untuk berbicara dengan orang lain.
Cobalah tidak men-judge orang lain. Bicarakan dulu dengan diri Anda, bagaimana jika Anda yang menjadi korban, bagaimana jika masalah yang sama dihadapkan pada Anda, dan ingatlah bahwa di dunia ini tidak ada orang yang 100% sempurna. Yang bisa kita lakukan hanyalah mempersiapkan diri untuk menerima, bersyukur atas apa yang terjadi, serta menjadi lebih baik dari hari kemarin.
Sumber : Forum
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment